Kita sudah membahas Top 5 Common Policy Violations yang biasa terjadi di Google Ads sebelumnya. Ternyata masih ada 4 common policy violations lainnya yang sering dialami oleh para publisher kala menjalankan Google AdSense.
Mengapa bisa terjadi pelanggaran aturan atau Policy Violations? Hal tersebut tak jarang karena adanya keterbatasan informasi terkait aturan dan kebijakan iklan milik Google sehingga membuat publisher melakukan hal-hal yang bertentangan dengan aturan kebijakan iklan Google.
Akibatnya, website Publisher terdeteksi melanggar aturan atau “Policy Violations”. Jika sering terjadi Policy Violations, tentu saja bisa mempengaruhi performa website dan pendapatan iklan yang diterima oleh Publisher.
Tentu Anda tidak ingin terus menerus melanggar bukan? Oleh karena itu mari simak Top 4 policy violations part 2 yang biasa terjadi di Google Ads. Apa saja itu? Yuk kita simak bersama!
1. Rewarded Inventory-User tidak memiliki pilihan untuk keluar dari rewarded Ads
Pertama-tama, tentu saja Anda harus tau Rewarded Inventory terlebih dulu. Rewarded Inventory/Rewarded Ads merupakan iklan yang bisa dipilih oleh pengguna/user untuk ditukar dengan sejumlah benefit dalam sebuah aplikasi. Biasanya kita banyak menemuinya dalam aplikasi game atau yang berbasis hobi (ex: karaoke). Contohnya, “Tonton video ini untuk mendapat tambahan 100 poin”, “Tonton tayangan ini untuk membaca berita/mengakses wifi”.
Tentunya Ads model ini harus memiliki semacam tombol exit atau skip yang bisa dipilih user. Namun, ada kalanya tombol tersebut tidak terpasang sehingga user tidak punya pilihan untuk keluar dari rewarded Ads yang ada, padahal Ads-nya sendiri sudah selesai tayang. Hal ini membuat pengalaman user menjadi terganggu.
2. Rewarded Inventory- Aplikasi/Laman tidak memberi deskripsi pilihan yang jelas bagi user mengenai reward
Kedua adalah Rewarded Inventory- Aplikasi/Laman tidak memberi deskripsi pilihan yang jelas bagi user mengenai reward yang didapat dari Ads dan tindakan yang harus dilakukan user untuk memperoleh reward tersebut. Hal itu bisa membuat user kebingungan. Tidak jelas hadiah/poin apa yang didapat dan tidak jelas pula petunjuknya. Ads yang baik seharusnya yang tidak membingungkan user.
3. Mislabeling
Yang harusnya konten, malah dijadikan Ads. Seharusnya diberikan keterangan jelas mana yang Advertisement, mana yang konten. Hal ini guna menghindari salah klik dari user. Selain itu, hal ini agar tidak mengganggu user experience. Seharusnya mereka bisa melihat konten yang diinginkan, tetapi malah melihat iklan yang belum tentu sesuai dengan keinginan mereka.
4. Ads Tumpang Tindih dengan Konten
Ads yang tumpang tindih dengan konten bahkan membuat konten sulit terlihat seutuhnya tentunya sangat menjengkelkan. Hal tersebut membuat user experience terganggu. Mereka jadi sulit membaca dan melihat konten suatu website. Ads yang baik menurut Google tentu saja Ads yang tidak mengganggu user experience suatu website.
Itulah sejumlah poin penting mengenai jenis-jenis pelanggaran aturan dan kebijakan dalam Google Ads yang kadang dialami oleh para publisher. Agar publisher tidak terkena isu pelanggaran aturan dan kebijakan Google Ads, maka alangkah baiknya jika dalam pemasangan Ads/iklan di website selalu mengikuti aturan dari Google. Jangan sampai salah penempatan ataupun terlalu banyak iklan karena hal tersebut bisa berdampak pada performa website Anda di Google.
Masih bingung dengan posisi penempatan iklan yang bisa meningkatkan performa website Anda? Tim kami siap membantu kesulitan Anda. Silakan berdiskusi dengan tim kami di sini.
Sumber dari Google Ad Manager Policies Overview – Maintaining a Healthy Digital Advertising Ecosystem May 2020